Alergi
Memuji Rasulullah Saw
Entah
mengapa telinga Wahabi terasa gatal ketika mendengar pujian kepada
Rasulullah Saw. Padahal memuji Rasulullah Saw dan mengagungkannya
tidak hanya diabadikan dalam syair-syair yang dibaca dalam acara
Maulid seperti al Daiba'i, al Barzanji, Qasidah Burdah dan
sebagainya, tetapi juga telah dilakukan sejak masa sahabat,
sebagaimana pujian Amr bin Ash:
وَمَا
كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم-
وَلاَ
أَجَلَّ فِى عَيْنِى مِنْهُ وَمَا كُنْتُ
أُطِيقُ أَنْ أَمْلأَ عَيْنَىَّ مِنْهُ
إِجْلاَلاً لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ
أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لأَنِّى لَمْ
أَكُنْ أَمْلأُ عَيْنَىَّ مِنْهُ وَلَوْ
مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ
أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
"Tidak
seorangpun yang saya cintai daripada Rasulullah Saw dan tidak ada
yang lebih agung di mata saya daripada beliau. Kedua mata saya tak
pernah sanggup menatap beliau karena keagungannya. Dan seandainya
saya ditanya mengenai sifat beliau maka saya tidak akan mampu, karena
kedua mata saya tidak pernah mampu menangkapnya. Dan seandainya saya
mati dalam keadaan demikian, maka saya berharap menjadi bagian
penghuni surga" (HR Muslim No 336)
Namun
pengikut Wahabi tidak merasa terusik ketika ulama yang dijadikan
panutan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yaitu Syaikh Ibnu
Taimiyah dipuji dengan syair-syair Arab, diantaranya:
هُوَ
حُجَّةٌ للهِ قَاهِرَةٌ
هُوَ بَيْنَنَا أُعْجُوْبَةُ الدَّهْرِ
هُوَ
آيَةٌ فِي الْخَلْقِ ظَاهِرَةٌ
أَنْوَارُهَا أَرْبَتْ عَنِ الْفَجْرِ
“Dapatkah
mereka melukiskan sifat-sifat terpuji Ibnu Taimiyah, sedangkan
sifat-sifatnya yang terpuji telah melampaui batas.
Ibnu
Taimiyah adalah hujjah Allah yang kokoh, dan keajaiban masa diantara
kami.
Ibnu
Taimiyah adalah ayat yang terang bagi makhluk, cahayanya mengalahkan
sinar fajar” (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah 14/158)
Pujian
murid-murid Ibnu Taimiyah ini jauh lebih parah daripada pujian para
pecinta Rasulullah Saw. Mengapa? Karena keagungan Ibnu Taimiyah pasti
terbatas bahkan tidak dijelaskan oleh Allah dan Rasulullah Saw sama
sekali.
Siapaka
yang lebih layak untuk dipuji? Siapakah yang sebenarnya telah
melakukan Ghuluw (berlebihan dalam memuji)?
Silahkan isi komentar yang sopan, dan sesuai dengan konten, dan jangan menyisipkan link aktif maupun non aktif.
EmoticonEmoticon