Dalil
Suluk Dalam Tasawuf
Dalam ilmu Tasawwuf
ada istilah ‘al-Maqamat’ atau tahapan / tingkatan yang akan dilalui oleh
seseorang untuk mencapai ‘makrifat’ atau mengenal Allah. Perjalanan panjang
menuju tujuan tersebut disebut dengan ‘suluk’.
Maqamat tersebut
menurut al-Ghazali adalah: Taubat → Sabar → Fakir → Zuhud → Tawakkal → Mahabbah (cinta) →
Makrifat → Ridla.
Sedangkan menurut ath-Thusi adalah: Taubat
→ Wara’ (menjauhi syubhat dab haram) →
Zuhud → Fakir → Sabar → Ridla → Tawakkal → Makrifat.
Jenjang Tasawuf menurut al-Kalabadzi adalah: Taubat
→ Zuhud → Sabar → Fakir → Tawadlu’ →Takwa
→ Tawakkal → Ridla → Mahabbah (cinta) →
Makrifat.
Dan dalam metode Syaikh al-Qusyairi adalah: Taubat
→ Wara’ → Zuhud → Tawakkal → Ridla.
Suluk tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya Allah berfirman (Hadis Qudsi) : Barangsiapa
yang memusuhi seorang wali maka Aku mengizinkan berperang. Tidak ada yang
seorang hamba yang mendekatkan diri kepadaKu yang lebih Aku cintai daripada
hal-hal yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku tiada berhenti
mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku
mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangan yang
dipukulnya, langkah kakinya. dan jika ia meminta maka sunggu Aku kabulkan, dan
jika ia berlindung kepadaKu, niscaya Aku lindungi” (HR al-Bukhari)
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
قَالَ الطُّوفِيُّ : هَذَا
الْحَدِيثُ أَصْلٌ فِي السُّلُوكِ إِلَى اللَّه وَالْوُصُول إِلَى مَعْرِفَتِهِ
وَمَحَبَّتِهِ وَطَرِيقِهِ ، إِذْ الْمُفْتَرَضَاتُ الْبَاطِنَةُ وَهِيَ
الْإِيمَان وَالظَّاهِرَة وَهِيَ الْإِسْلَام وَالْمُرَكَّبُ مِنْهُمَا وَهُوَ
الْإِحْسَانُ فِيهِمَا كَمَا تَضَمَّنَهُ حَدِيثُ جِبْرِيل ، وَالْإِحْسَان
يَتَضَمَّنُ مَقَامَاتِ السَّالِكِينَ مِنْ الزُّهْد وَالْإِخْلَاص
وَالْمُرَاقَبَة وَغَيْرهَا ، وَفِي الْحَدِيث أَيْضًا أَنَّ مَنْ أَتَى بِمَا
وَجَبَ عَلَيْهِ وَتَقَرَّبَ بِالنَّوَافِلِ لَمْ يُرَدَّ دُعَاؤُهُ لِوُجُودِ
هَذَا الْوَعْد الصَّادِق الْمُؤَكَّد بِالْقَسَمِ (فتح الباري
لابن حجر - ج 18 / ص 342)
“ath-Thufi berkata:
Hadis ini adalah dalil dasar dalam melakukan suluk (tahapan / jenjang) menuju
Allah dan sampai pada makrifat (mengenal) Allah dan mencintainya. Sebab
kewajiban-kewajiban batin seperti iman, dan kewajiban-kewajiban fisik yaitu
Islam, dan yang tersusun dari keduanya, yaitu Ihsan sebagaimana dalam hadis
yang disampaikan dalam kisah Malaikat Jibril. Sementara Ihsan mengandung tahapan-tahapan
yang dilalui oleh pelaksana, seperti zuhud, ikhlas, diawasi oleh Allah dan
lainnya. Dalam hadis ini juga dijelaskan bahwa orang yang melakukan ibadah
wajib dan mendekatkan diri dengan ibadah sunah donya tidak akan ditolak, sebab
telah ada janji yang dikuatkan dengan sumpah” (Fathul Bari 18/342)
Silahkan isi komentar yang sopan, dan sesuai dengan konten, dan jangan menyisipkan link aktif maupun non aktif.
EmoticonEmoticon