Dalil
Membaca al-Quran Di Kuburan
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا
مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ
وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ
وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ
الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ
بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي
قَبْرِهِ (رواه
الطبراني في الكبير رقم 13613
والبيهقي
في الشعب رقم 9294 وتاريخ
يحي بن معين 4 / 449)
"Diriwayatkan
dari Ibnu Umar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Jika
diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan,
segeralah dimakamkan. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan
pembukaan al-Quran (Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan
penutup surat al-Baqarah di kuburnya" (HR al-Thabrani dalam
al-Mu'jam
al-Kabir No
13613, al-Baihaqi dalam Syu'ab
al-Iman
No 9294, dan Tarikh Yahya bin Maid 4/449)
Al-Hafidz
Ibnu Hajar memberi penilaian pada hadis tersebut:
فَلاَ
تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى
قَبْرِهِ أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي
بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ (فتح
الباري لابن حجر 3 /
184)
"HR
al-Thabrani dengan sanad yang hasan" (Fath
al-Bari
III/184)
Membaca
al-Quran di kuburan sudah diamalkan sejak masa sahabat:
عَنْ
عُمَرَ قَالَ :
اُحْضُرُوْا
أَمْوَاتَكُمْ فَأَلْزِمُوْهُمْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَغْمِضُوْا
أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوْا وَاقْرَؤُوْا
عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ (أخرجه
عبد الرزاق رقم 6043
وابن
أبى شيبة رقم 10882)
“Diriwayatkan
dari Umar: Datangilah orang yang akan meninggal, bacakan mereka
Lailaha illallah, pejamkan matanya jika mereka meninggal, dan bacakan
al-Quran di dekatnya” (Abdurrazzaq No 6043 dan Ibnu Abi Syaibah No
10882)
وَذَكَرَ
الْخَلاَّلُ عَنِ الشُّعْبِي قَالَ
كَانَتِ اْلأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ
الْمَيِّتُ اِخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ
يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ (الروح
: 11)
“al-Khallal
menyebutkan dari Syu’bi bahwa sahabat Anshar jika diantara mereka
ada yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca
al-Quran” (Ibnu Qayyim, al-Ruh: 11)
Imam
al-Nawawi mengutip kesepakatan ulama Syafi'iyah tentang membaca
al-Quran di kuburan:
وَيُسْتَحَبُّ
(لِلزَّائِرِ)
اَنْ
يَقْرَأَ مِنَ الْقُرْآنِ مَا تَيَسَّرَ
وَيَدْعُوَ لَهُمْ عَقِبَهَا نَصَّ
عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَاتَّفَقَ
عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ (المجموع
شرح المهذب للشيخ النووي 5
/ 311)
"Dan
dianjurkan bagi peziarah untuk membaca al-Quran sesuai kemampuannya
dan mendoakan ahli kubur setelah membaca al-Quran. Hal ini dijelaskan
oleh al-Syafi'i dan disepakati oleh ulama Syafi'iyah"
(al-Nawawi,
al-Majmu'
Syarh al-Muhadzdzab
V/311)
Di
bagian lagi Imam Nawawi juga berkata:
قَالَ
الشَّافِعِي وَاْلأَصْحَابُ يُسْتَحَبُّ
أَنْ يَقْرَؤُوْا عِنْدَهُ شَيْئًا مِنَ
اْلقُرْآنِ قَالُوْا فَإِنْ خَتَمُوْا
الْقُرْآنَ كُلَّهُ كَانَ حَسَنًا
(الأذكار
النووية 1 / 162 والمجموع
للشيخ النووي 5 / 294)
"Imam
Syafii dan ulama Syafi'iyah berkata: Disunahkan membaca sebagian dari
al-Quran di dekat kuburnya. Mereka berkata: Jika mereka mengkhatamkan
al-Quran keseluruhan, maka hal itu dinilai bagus" (al-Adzkar
I/162 dan al-Majmu'
V/294)
Murid
Imam Syafi'i yang juga kodifikator Qaul Qadim, al-Za'farani, berkata:
وَقَالَ
الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحُ الزَّعْفَرَانِي
سَأَلْتُ الشَّافِعِيَّ عَنِ اْلقِرَاءَةِ
عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ لاَ بَأْسَ
بِهَا (الروح
لابن القيم 1 / 11)
"Al-Za'farani
(perawi Imam Syafii dalam Qaul Qadim) bertanya kepada Imam Syafii
tentang membaca al-Quran di kuburan. Beliau menjawab: Tidak apa-apa"
(al-Ruh,
Ibnu Qoyyim, I/11)
Al-Hafidz
Ibnu Hajar mengomentari riwayat al-Za'farani dari Imam Syafi'i ini:
وَهَذَا
نَصٌّ غَرِيْبٌ عَنِ الشَّافِعِي
وَالزَّعْفَرَانِي مِنْ رُوَاةِ
الْقَدِيْمِ وَهُوَ ثِقَةٌ وَإِذَا لَمْ
يَرِدْ فِي الْجَدِيْدِ مَا يُخَالِفُ
مَنْصُوْصَ الْقَدِيْمِ فَهُوَ مَعْمُوْلٌ
بِهِ (الإمتاع
بالأربعين المتباينة السماع للحافظ أحمد
بن علي بن محمد بن علي بن حجر العسقلاني
1 / 85)
"Ini
penjelasan yang asing dari al-Syafi'i. Al-Za'farani adalah perawi
Qaul Qadim, ia orang terpercaya. Dan jika dalam Qaul Jadid tidak ada
yang bertentangan dengan penjelasan Qaul Qadim, maka Qaul Qadim
inilah yang diamalkan (yaitu boleh membaca al-Quran di kuburan)"
(al-Imta',
Ibnu Hajar, I/11)
صيد
الخاطر للحافظ ابن الجوزي (ص:
96،
بترقيم الشاملة آليا)
فَهَذَا
مَعْرُوْفٌ، كَانَ مُنْفَرِداً بِرَبِّهِ
طَيِّبَ الْعَيْشِ مَعَهُ لَذِيْذَ
الْخَلْوَةِ بِهِ.
ثُمَّ
قَدْ مَاتَ مُنْذُ نَحْوِ أَرْبَعِمِائَةِ
سَنَةٍ فَمَا يَخْلُوْ أَنْ يُهْدَي
إِلَيْهِ كُلَّ يَوْمٍ مَا تَقْدِيْرُ
مَجْمُوْعِهِ أَجْزَاءٌ مِنَ الْقُرْآنِ.
وَأَقَلُّهُ
مَنْ يَقِلُّ عَلَى قَبْرِهِ فَيَقْرَأُ:
" قُلْ
هُوَ اللّهُ أَحَدٌ "
،
وَيَهْدِيْهَا لَهُ.
وَالسَّلاَطِيْنُ
تَقِفُ بَيْنَ يَدَيْ قَبْرِهِ ذَلِيْلَةً.
هَذَا
بَعْدَ الْمَوْتِ، ويوم الحشر تنشر
الكرامات التي لا توصف، وكذلك قبور العلماء
المحققين.
Al-Hafidz
Ibnu
al-Jauzi al-Hanbali: “Sejak Ma’ruf al-Karakhi wafat tahun 200 H,
tiap hari, mendapat kiriman hadiah pahala bacaan berjuz-juz
al-Qur’an, minimal orang berdiri di pinggir makamnya dan membacakan
surat al-Ikhlash untuknya.”
Membaca
al-Quran di kuburan juga diamalkan sejak generasi ulama salaf:
تاريخ
بغداد للحافظ الخطيب البغداجي (1/
122)
أخبرني
أبو إسحاق إبراهيم بن عمر البرمكي قال
نبأنا أبو الفضل عبيد الله بن عبد الرحمن
بن محمد الزهري قال سمعت أبي يقول قَبْرُ
مَعْرُوْفٍ اْلكَرَخِي مُجَرَّبٌ
لِقَضَاءِ الْحَوَائِجِ وَيُقَالُ
إِنَّهُ مَنْ قَرَأَ عِنْدَهُ مِائَةَ
مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَسَأَلَ
اللهَ تَعَالَى مَا يُرِيْدُ قَضَى اللهُ
لَهُ حَاجَتَهُ
Tradisi
membaca surat al-Ikhlash 100 kali, di makam Ma’ruf al-Karakhi
(wafat
th 200
H)
berlangsung
sejak generasi salaf untuk terkabulnya hajat
(al-Hafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad)
سير
أعلام النبلاء للحافظ الذهبي (18/
546)
276
- أبو
جعفر الهاشمي *
الامام،
شيخ الحنبلية، ....
فَمَاتَ
هُنَاكَ، وَكَانَتْ جَنَازَتُهُ
مَشْهُوْدَةً، وَدُفِنَ إِلَى جَانِبِ
قَبْرِ اْلاِمَامِ أَحْمَدَ، وَلَزِمَ
النَّاسُ قَبْرَهُ مُدَّةً حَتَّى قِيْلَ:
خُتِمَ
عَلَى قَبْرِهِ عَشْرَةُ آلاَفٍ خَتْمَةً
(
المنتظم
"
8 / 316 - 317،
و "
ذيل
طبقات الحنابلة "
1 / 17 و
22
و
23،
و "
البداية
والنهاية "
12 / 129)
Ketika
al-Imam Abu Ja’far al-Hasyimi, guru besar madzhab Hanbali, wafat
tahun 470 H, kaum Hanabilah membaca al-Qur’an di makamnya
sampai hatam 10.000 kali
(al-Hafidz adz-Dzahabi, al-Hafidz Ibnu Katsir Dll)
Begitu
pula ketika Ibnu Taimiyah wafat, di kuburnya dibacakan al-Quran
البداية
والنهاية (14/
156) ابن
كثير القرشي (700
- 774هـ).
وختمت
له ختمات كثيرة بالصالحية وبالبلد، وتردد
الناس إلى قبره أياما كثيرة ليلا ونهارا
يبيتون عنده ويصبحون، ورئيت له منامات
صالحة كثيرة، ورثاه جماعة بقصائد جمة.
“Ibnu
Taimiyah dikhatamkan bacaan al-Quran berkali-kali baik di makamnya
atau di kota. Orang-orang mondar-mandir ke kuburnya berkali-kali
selama beberapa hari yang lama, malam atau siang. Mereka menginap di
dekat kuburnya sampai Subuh. Mereka menjumpai mimpi-mimpi yang baik
tentang Ibnu Taimiyah, dan para jamaah melantunkan kasidah yang
beraneka ragam"
Dari
Dalil-Dalil diatas dan amaliyah Ulama, Khususnya ahli hadis, adakah
yang menyatakan membaca al-Quran di Kuburan Sebagai Kesyirikan? Atau
adakah larangannya dari dalil agama?
8 komentar
Sangat bermanfaat sekali ilmunya,
terimah kasih gan...
oia salam kenal
dari
Pedagang Al Quran Readpen PQ15
semoga menjadi pencerah umat
Hadits Abu Hurairah, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, karena setan akan lari dari rumah yang dibanyakan padanya surat Al-Baqarah“. (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa kuburan bukan tempat untuk membaca Alquran, oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menjadikan rumah seperti kuburan yang tidak dibacakan padanya Alquran.
Bagaimana tuh ustadz? Syukron...
Sumber: http://www.solusiislam.com/2013/08/kupas-tuntas-hukum-membaca-al-quran-di.html
Fungsi Al Quran diturunkan:
Sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar,
Sebagai pembeda yang haq dan yg bathil,
Sebagai pedoman, pembimbing kehidupan manusia,
Sebagai sumber dari segala sumber hukum,
Sebagai penyempurna kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya.
Saya belajar dengan guru saya tak pernah pemahamannya seperti itu, Menurut saya kalau seperti itu maka akan banyak hadis yang saling bertentangan
Assalamu'alaikum..
".. Atau adakah larangannya dari dalil agama?"
Ustad yang dirahmati Allah,saya mau mengkritisi penyataan ustad diatas..dalam beribadah bukanlah bertanya adakah dalil larangannya (YANG MENGHARAMKAN) ..tapi adakah dalil YANG MEMBOLEHKANNYA..Karena segala bentuk ibadah adalah HARAM sampai ada dalil yang MENGHALALKANNYA..
Seandainya cara beribadah hanya berpatokan pada ada tidaknya dalil yang melarangnya, niscaya semua umat islam nanti akan beribadah menuruti hawa nafsunya saja.
Kalau cara berpikirnya seperti itu, mungkin di waktu mendatang akan ada umat yang membaca Al-Qur'an dengan di iringi alat musik organ tunggal..atau lebih jauh, akan ada umat yang sholat sambil mendengarkan musik disco?
Hanya Allah yang memberi petunjuk..
jangan jadikan rumah seperti quburan;
maksudnya adalah secara umumnya tempat itu begitu,bukan berarti larangan.contoh;
restoran tempat makan,apakah berarti tdk boleh makan dirumah ataukah artinya haram baca qur'an direstoran?atau haramkah buka kajian direstoran..?tentu tidak..!
logikanya begini;jangan kau jadikan rumahmu seperti rumah makan,.artinya jangan rumah itu hanya ditempati utk makan dan makan[tidak pulang rumah kalo tidak lapar]lalu apakah haram baca qur'an diqubur..?
Yang bikin artikel aliran kuburiyyin
Silahkan isi komentar yang sopan, dan sesuai dengan konten, dan jangan menyisipkan link aktif maupun non aktif.
EmoticonEmoticon